HARI-HARI YANG TERASA BERAT
Foto ketika makan malam di Mayasi
Disclaimer : Isi konten ini bersifat mematahkan semangat dan merendahkan diri sendiri. Jangan membacanya jika anda tipikal orang yang tidak mau mencoba melihat dan merasakan isi konten ini dari sudut pandang penulis.
_________________________________________
Kadang aku penasaran, kejadian apa yang membuat aku merasa seperti seorang intovert yang lebih nyaman sendirian dan merasa kesulitan untuk bergaul dengan orang lain.
Karena ketidaktahuan terkadang aku suka mengira-ngira menurut asumsiku sendiri menurut dugaan yang bersumber dari pengalaman dan perasaanku saat bergaul dengan orang lain.
• Perasaan kecewa ketika mengajak teman untuk melakukan sesuatu hal, tetapi teman tidak mau atau bahkan tidak menanggapi membuat aku menjadi pribadi yang lebih menerima siapa yang bisa saja yang tidak bisa ya sudah tidak memaksa. Dan menjadi pribadi yang jika ada acara jika ada tawaran buat main aku merasa harus bisa menjawab harus bisa menerima tawaran itu karena aku tidak mau orang yang memberikan tawaran atau ajakan merasa kecewa karena tawaran atau ajakannya di tolak. Aku tidak ingin orang lain merasakan penolakan seperti yang aku rasakan. Sehingga untuk beberapa kondisi aku topikal orang yang Gas Gas Gas aja kalau di ajakin main.
• Salah berbicara, seringkali ketika aku berbicara aku melukai perasaan lawan bicaraku, bahkan ketika aku tidak bermaksud untuk melukai semata-mata hanya ingin bercanda dan mencairkan suasana. Karena perkataan ku yang black blakan dan sering melukai ini membuat aku berfikir bahwa diam jauh lebih baik untukku dari pada berbicara tapi menyakiti orang lain. Karena hal ini juga aku terlalu takut untuk mengembangkan topik pembicaraan, karena tidak ingin menyinggung perasaan lawan bicara. Berbicara secukupnya dan membuat suasana menjadi kaku. Alhasil sekarang aku kesusahan dalam mengembangkan obrolan, aku kebingungan mencari bahan obrolan yang seru dan asik.
• Pengin gaul tapi susah bergaul, terkadang aku merasa tidak cukup keren untuk bergaul di sebuah tongkrongan. Karena gaulku terlihat kurang natural dan terkesan dibuat buat. Perasaan ingin di anggap di tongkrongan membuat aku seolah olah tahu segalanya atau lebih dikenal sok tahu. Bergaya sok asik padahal nggak asik, ingin tampil gaya tapi kadal pas pasan alhasil yang digunakan yang dipakai barang murahan.
• Finansial, dibagian ini yang sering muncul adalah perasaan minder. Aku minder dengan semua orang bahkan ketemanku sendiri. Finansial yang kurang baik membuat semua kebutuhan serba pas pasan, semua dibeli atas dasar kebutuhan dan atas dasar dapat digunakan, tidak harus asli yang penting berfungsi. Murah selalu menjadi patokan. Banyak hal yang aku beli harus berpura-pura jika di tanya uangnya dari mana. Aku yang ketika membeli ayam krispi dibilangin, "buat apa beli ayam orang tiap hari makan ayam". Adikku yang makan mie dibingi "makan mewah terus, makan mie terus". Ketika aku pergi kemana-mana pakai motor yang pajaknya mati. Kamar mandiku yang bolong-bolong, kamar tidurku yang bantalnya dibungkus pakai celana OSIS karena nggak punya bungkus bantal dan masih banyak lagi. Kadang kalanya usahaku untuk senantiasa bersyukur tergoyahkan juga. Bahkan sebenarnya aku tidak berani untuk jatuh cinta, aku tidak berani membawa wanita ke dunia ku yang seperti ini. Kondisi ini tidak membuat ku terpancing untuk bersemangat mencari uang justru membuatku bersyukur dan menerima apapun itu pemberian-Nya.
• Bukan keluarga yang harmonis bukan juga keluar yang buruk. Sejak SD aku sudah peringkat di kelas dan sering juara ketika lomba. Di SMP menyumbang banyak piala dan menjadi peringkat 1 paralel secara berturut-turut selama 3 tahun, di SMA menjadi ketua OSIS dan berprestasi akademik. Namun semua itu tidak pernah diketahui oleh orang tuaku, mereka tidak pernah tau apa yang aku lakukan di sekolah. Mereka hanya tahu nilai apa yang aku dapatkan di akhir semester, ketika jelek akan di nasehati ketika bagus yaaa sudah dibiarkan saja. Hal seperti dibelikan sesuatu ketika peringkat satu, itu tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi. Ketika juara di tingkat nasional tidak ada apapun yang spesial, semua hanya tentang diriku dan untukku. Aku tidak pernah menceritakan apapun yang terjadi pada diriku karena aku cukup paham respon yang akan diberikan orang tuaku. Aku yang kecelakaan di Semarang, kuliah yang stress, kesusahan cari makan, kelaparan malam malam dan masih banyak hal lain, yang aku lihat ketika itu orang lain, mereka akan menyampaikannya ke orang tua dan masalah selesai, namun tidak denganku. Aku harus mengandalkan apa yang aku punya.
Masih banyak yang ingin aku ceritakan, namun untuk saat ini sepertinya cukup seperti ini dulu. Aku bersyukur atas semua hal yang terjadi pada diriku, yang aku terima dan aku lepas.
- Menjadi Ilham untuk semua Orang -
Komentar
Posting Komentar